Rabu, 30 Desember 2009

Pemimpin Pemberani Bangsa Indonesia setelah Bung Karno.....


Profil

ABDURRAHMAN WAHID

DATA PRIBADI
Kewarganegaran : Indonesia
Tempat, Tanggal Lahir : Jombang Jawa Timur, 4 Agustus 1940
Istri : Sinta Nuriyah
Anak : 1. Alissa Qotrunnada Munawaroh (P)
2. Zannuba Arifah Chafsoh (P)
3. Annita Hayatunnufus (P)
4. Inayah Wulandari (P)

ALAMAT
Rumah : Jl. Warung Silah No. 10, Ciganjur
Jakarta Selatan 12630 - Indonesia

PENDIDIKAN
1966-1970 Universitas Baghdad, Irak
Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab


1964-1966 Al Azhar University, Cairo, Mesir
Fakultas Syari'ah (Kulliyah al-Syari'ah)
1959-1963 Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, Indonesia
1957-1959 Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

JABATAN
1998-Sekarang Partai Kebangkitan Bangsa, Indonesia
Ketua Dewan Syura DPP PKB
2004-Sekarang The WAHID Institute, Indonesia
Pendiri
2000-Sekarang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Indonesia
Mustasyar
2002-Sekarang Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Indonesia
Rektor

PENGALAMAN JABATAN
1999-2001 Presiden Republik Indonesia
1989-1993 Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI
1987-1992 Ketua Majelis Ulama Indonesia
1984-2000 Ketua Dewan Tanfidz PBNU
1980-1984 Katib Awwal PBNU
1974-1980 Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng
1972-1974 Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang
Dekan dan Dosen

PENGALAMAN ORGANISASI
2003 Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional
Penasehat
2002 Solidaritas Korban Pelanggaran HAM
Penasehat
1990 Forum Demokrasi
Pendiri dan Anggota
1986-1987 Festifal Film Indonesia
Juri
1982-1985 Dewan Kesenian Jakarta
Ketua Umum
1965 Himpunan Pemuda Peladjar Indonesia di Cairo - United Arab Republic (Mesir)
Wakil Ketua

AKTIVITAS INTERNASIONAL
2003-Sekarang Non Violence Peace Movement, Seoul, Korea Selatan
Presiden
2003-Sekarang International Strategic Dialogue Center, Universitas Netanya, Israel
Anggota Dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, Ehud Barak and Carl Bildt
2003-Sekarang International Islamic Christian Organization for Reconciliation and Reconstruction (IICORR), London, Inggris
Presiden Kehormatan
2002-Sekarang International and Interreligious Federation for World Peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat
Anggota Dewan Penasehat Internasional
2002 Association of Muslim Community Leaders (AMCL), New York, Amerika Serikat
Presiden
1994-Sekarang Shimon Perez Center for Peace, Tel Aviv, Israel
Pendiri dan Anggota
1994-1998 World Conference on Religion and Peace (WCRP), New York, Amerika Serikat
Presiden
1994 International Dialogue Project for Area Study and Law, Den Haag, Belanda
Penasehat
1980-1983 The Aga Khan Award for Islamic Architecture
Anggota Dewan Juri

PENGHARGAAN
2004 Anugrah Mpu Peradah, DPP Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, Jakarta, Indonesia
2004 The Culture of Peace Distinguished Award 2003, International Culture of Peace Project Religions for Peace, Trento, Italia
2003 Global Tolerance Award, Friends of the United Nations, New York, Amerika Serikat
2003 World Peace Prize Award, World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan
2003 Dare to Fail Award , Billi PS Lim, penulis buku paling laris "Dare to Fail", Kuala Lumpur, Malaysia
2002 Pin Emas NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta, Indonesia.
2002 Gelar Kanjeng Pangeran Aryo (KPA), Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XII, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
2001 Public Service Award, Universitas Columbia , New York , Amerika Serikat
2000 Ambassador of Peace, International and Interreligious Federation for World peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat
2000 Paul Harris Fellow, The Rotary Foundation of Rotary International
1998 Man of The Year, Majalah REM, Indonesia
1993 Magsaysay Award, Manila , Filipina
1991 Islamic Missionary Award , Pemerintah Mesir
1990 Tokoh 1990, Majalah Editor, Indonesia

DOKTOR KEHORMATAN
2003 Netanya University , Israel
2003 Konkuk University, Seoul, South Korea
2003 Sun Moon University, Seoul, South Korea
2002 Soka Gakkai University, Tokyo, Japan
2000 Thammasat University, Bangkok, Thailand
2001 Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand
2000 Pantheon Sorborne University, Paris, France
1999 Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand

HOBI
Mendengarkan dan menyaksikan pagelaran Wayang Kulit.
Mendengarkan musik, terutama lagu-lagu karya Beethoven berjudul Symphony No. 9 th, Mozart dalam 20 th piano concerto, Umm Khulsum dari Mesir, Janis Joplin dan penyanyi balada Ebiet G. Ade.
Mengamati pertandingan sepak bola, terutama liga Amerika latin dan liga Eropa.
Mendengarkan audio book, terutama mengenai sejarah dan biografi.
Abdurrahman Wahid telah menghasilkan beberapa buah buku. Hingga saat ini dia terus menulis kolom di sejumlah surat kabar. Selain itu, dia masih aktif memberikan ceramah kepada publik di dalam maupun luar negeri.





Selamat Jalan Gus.....
Selamat Jalan Panglima Pemberani Islam Indonesia.....
Selamat Jalan Guru Bangsa....
Selamat Jalan Romo Kyai dari seluruh santri nahdlyin.....

Senin, 28 Desember 2009

Bidadari itu Dibawa Jibril

Oleh: A. Mustofa Bisri


Sebelum jilbab populer seperti sekarang ini, Hindun sudah selalu memakai busana muslimah itu. Dia memang seorang muslimah taat dari keluarga taat. Meski mulai SD tidak belajar agama di madrasah, ketaatannya terhadap agama, seperti salat pada waktunya, puasa Senin-Kamis, salat Dhuha, dsb, tidak kalah dengan mereka yang dari kecil belajar agama. Apalagi setelah di perguruan tinggi. Ketika di perguruan tinggi dia justru seperti mendapat kesempatan lebih aktif lagi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.

Dalam soal syariat agama, seperti banyak kaum muslimin kota yang sedang semangat-semangatnya berislamria, sikapnya tegas. Misalnya bila dia melihat sesuatu yang menurut pemahamannya mungkar, dia tidak segan-segan menegur terang-terangan. Bila dia melihat kawan perempuannya yang muslimah--dia biasa memanggilnya ukhti--jilbabnya kurang rapat, misalnya, langsung dia akan menyemprotnya dengan lugas.

Dia pernah menegur dosennya yang dilihatnya sedang minum dengan memegang gelas tangan kiri, "Bapak kan muslim, mestinya bapak tahu soal tayammun;" katanya, "Nabi kita menganjurkan agar untuk melakukan sesuatu yang baik, menggunakan tangan kanan!" Dosen yang lain ditegur terang-terangan karena merokok. "Merokok itu salah satu senjata setan untuk menyengsarakan anak Adam di dunia dan akherat. Sebagai dosen, Bapak tidak pantas mencontohkan hal buruk seperti itu." Dia juga pernah menegur terang-terangan dosennya yang memelihara anjing. "Bapak tahu enggak? Bapak kan muslim?! Anjing itu najis dan malaikat tidak mau datang ke rumah orang yang ada anjingnya!"

Di samping ketaatan dan kelugasannya, apabila bicara tentang Islam, Hindun selalu bersemangat. Apalagi bila sudah bicara soal kemungkaran dan kemaksiatan yang merajalela di Tanah Air yang menurutnya banyak dilakukan oleh orang-orang Islam, wah, dia akan berkobar-kobar bagaikan banteng luka. Apalagi bila melihat atau mendengar ada orang Islam melakukan perbuatan yang menurutnya tidak rasional, langsung dia mengecapnya sebagai klenik atau bahkan syirik yang harus diberantas. Dia pernah ikut mengoordinasi berbagai demonstrasi, seperti menuntut ditutupnya tempat-tempat yang disebutnya sebagai tempat-tempat maksiat; demonstrasi menentang sekolah yang melarang muridnya berjilbab; hingga demonstrasi menuntut diberlakukannya syariat Islam secara murni. Mungkin karena itulah, dia dijuluki kawan-kawannya si bidadari tangan besi. Dia tidak marah, tetapi juga tidak kelihatan senang dijuluki begitu. Yang penting menurutnya, orang Islam yang baik harus selalu menegakkan amar makruf nahi mungkar di mana pun berada. Harus membenci kaum yang ingkar dan menyeleweng dari rel agama.

Bagi Hindun, amar makruf nahi mungkar bukan saja merupakan bagian dari keimanan dan ketakwaan, tetapi juga bagian dari jihad fi sabilillah. Karena itu dia biarkan saja kawan-kawannya menjulukinya bidadari tangan besi.Ketika beberapa lama kemudian dia menjadi istri kawanku, Mas Danu, ketaatannya kian bertambah, tetapi kelugasan dan kebiasaannya menegur terang-terangan agak berkurang. Mungkin ini disebabkan karena Mas Danu orangnya juga taat, namun sabar dan lemah lembut. Mungkin dia sering melihat bagaimana Mas Danu, dengan kesabaran dan kelembutannya, justru lebih sering berhasil dalam melakukan amar makruf nahi mungkar. Banyak kawan mereka yang tadinya mursal, justru menjadi insaf dan baik oleh suaminya yang lembut itu. Bukan oleh dia.*

Sudah lama aku tidak mendengar kabar mereka, kabar Mas Danu dan Hindun. Dulu sering aku menerima telepon mereka. Sekadar silaturahmi. Saling bertanya kabar. Tetapi, kemudian sudah lama mereka tidak menelepon. Aku sendiri pernah juga beberapa kali menelepon ke rumah mereka, tapi selalu kalau tidak terdengar nada sibuk, ya, tidak ada yang mengangkat. Karena itu, ketika Mas Danu tiba-tiba menelepon, aku seperti mendapat kejutan yang menggembirakan.

Lama sekali kami berbincang-bincang di telepon, melepas kerinduan.Setelah saling tanya kabar masing-masing, Mas Danu bilang, "Mas, Sampeyan sudah dengar belum? Hindun sekarang punya syeikh baru lo?

"Syeikh baru?" tanyaku. Mas Danu memang suka berkelakar."Ya, syeikh baru. Tahu, siapa? Sampeyan pasti enggak percaya.

"Siapa, mas?" tanyaku benar-benar ingin tahu."Jibril, mas. Malaikat Jibril!""Jibril?" aku tak bisa menahan tertawaku.

Kadang-kadang sahabatku ini memang sulit dibedakan apakah sedang bercanda atau tidak."Jangan ketawa! Ini serius!

"Wah. Katanya, bagaimana rupanya?" aku masih kurang percaya."Dia tidak cerita rupanya, tetapi katanya, Jibril itu humoris seperti Sampeyan.

"Saya ngakak. Tetapi, di seberang sana, Mas Danu kelihatannya benar-benar serius, jadi kutahan-tahan juga tawaku. "Bagaimana ceritanya, mas?

"Ya, mula-mula dia ikut grup pengajian. Kan di tempat kami sekarang lagi musim grup-grup pengajian. Ada pengajian eksekutif; pengajian seniman; pengajian pensiunan; dan entah apa lagi. Nah, lama-lama gurunya itu didatangi malaikat Jibril dan sekarang malaikat Jibril itulah yang langsung mengajarkan ajaran-ajaran dari langit. Sedangkan gurunya itu hanya dipinjam mulutnya.

"Bagaimana mereka tahu bahwa yang datang itu malaikat Jibril?""Lo, malaikat Jibrilnya sendiri yang mengatakan. Kepada jemaahnya, gurunya itu, maksud saya malaikat Jibril itu, menunjukkan bukti berupa fenomena-fenomena alam yang ajaib yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh manusia.

"Ya, tetapi jin dan setan kan bisa melakukan hal seperti itu, mas!" selaku, "Kan ada cerita, dahulu Syeikh Abdul Qadir Jailani, sufi yang termasyhur itu, pernah digoda iblis yang menyamar sebagai Tuhan berbentuk cahaya yang terang benderang. Konon, sebelumnya, Iblis sudah berhasil menjerumuskan 40 sufi dengan cara itu. Tetapi, karena keimanannya yang tebal, Syeikh Abdul Qadir bisa mengenalinya dan segera mengusirnya.

"Tak tahulah, mas. Yang jelas jemaahnya banyak orang pintarnya lo."Wah."Ketika percakapan akhirnya disudahi dengan janji dari Mas Danu dia akan terus menelepon bila sempat, aku masih tertegun.

Aku membayangkan sang bidadari bertangan besi yang begitu tegar ingin memurnikan agama itu kini "hanya" menjadi pengikut sebuah aliran yang menurut banyak orang tidak rasional dan bahkan berbau klenik. Allah Mahakuasa! Dialah yang kuasa menggerakkan hati dan pikiran orang.

Beberapa minggu kemudian aku mendapat telepon lagi dari sahabatku Mas Danu. Kali ini, dia bercerita tentang istrinya dengan nada seperti khawatir.

"Wah, mas; Hindun baru saja membakar diri. "Apa, mas?" aku terkejut setengah mati, "membakar diri bagaimana?

"Gurunya yang mengaku titisan Jibril itu mengajak jemaahnya untuk membersihkan diri dari kekotoran-kekotoran dosa. Mereka menyiram diri mereka dengan spritus kemudian membakarnya.

"Hei," aku ternganga. Dalam hati aku khawatir juga, soalnya aku pernah mendengar di luar negeri pernah terjadi jemaah yang diajak guru mereka bunuh diri.

"Yang lucu, mas," suara Mas Danu terdengar lagi melanjutkan, "gurunya itu yang paling banyak terbakar bagian-bagian tubuhnya. Berarti kan dia yang paling banyak dosanya ya, mas?! 

"Aku mengangguk, lupa bahwa kami sedang bicara via telepon."Doakan sajalah mas!" kata sahabatku di seberang menutup pembicaraan.

Beberapa hari kemudian Mas Danu menelepon lagi, menceritakan bahwa istrinya kini jarang pulang. Katanya ada tugas dari Syeikh Jibril yang mengharuskan jemaahnya berkumpul di suatu tempat. Tugas berat, tetapi suci. Memperbaiki dunia yang sudah rusak ini.

"Pernah pulang sebentar, mas" kata Mas Danu di telepon, "dan Sampeyan tahu apa yang dibawanya? Dia pulang sambil memeluk anjing. Entah dapat dari mana?"***Setelah itu, Mas Danu tidak pernah menelepon lagi. Aku mencoba menghubunginya juga tidak pernah berhasil. Baru hari ini. Tak ada hujan tak ada angin, aku menerima pesan di HP-ku, SMS, isinya singkat: "Mas, Hindun sekarang sudah keluar dari Islam. Dia sudah tak berjilbab, tak salat, tak puasa. (Danu).

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Mas Danu saat menulis SMS itu. Aku sendiri yang menerima pesan itu, tidak bisa menggambarkan perasaanku sendiri. Hanya dari mulutku meluncur saja ucapan masya Allah.

***Rembang, Akhir Ramadan 1423

Kajian Tasawuf dan Tafsir

Oleh: Muhammad Soffa Ihsan

Khazanah tasawuf mengenal sebuah kitab sufi klasik berjudul Kasyful Mahjub. Kitab ini ditulis oleh al-Hujwiri yang hidup pada abad kelima Hijriyah. Dari segi fikih, al-Hujwiri mengikuti Imam Abu Hanifah. Dalam Kasyful Mahjub, al-Hujwiri banyak bercerita tentang kisah gurunya itu.

Abu Hanifah hidup pada masa kekuasaan Khalifah al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah. Pada suatu saat, khalifah bermaksud untuk mengangkat seseorang sebagai Hakim Agung, waktu itu disebut dengan gelaran Qadi. Sezaman dengan Abu Hanifah, hidup pula tiga orang ulama besar lain, yaitu Sufyan al-Tsauri, Mis’ar bin Qidam dan Syuraih. Khalifah al-Mansur ingin memilih salah satu dari para ulama ahli fikih di kerajaannya untuk dijadikan Qadi.

Mereka pun dipanggil ke istana. Ketika keempat ulama itu berjalan bersama ke istana untuk memenuhi undangan khalifah, Abu Hanifah berpikir untuk menyusun sebuah rencana yang sungguh menarik. Keempat ulama itu memutuskan untuk menolak permintaan khalifah. Mereka membicarakan bagaimana caranya menolak permohonan itu tanpa menyinggung perasaan khalifah. Mau tidak mau, salah seorang di antara mereka harus menjadi hakim agung. Bila semua menolak, bencana akan mengancam mereka karena khalifah al-Mansur terkenal sebagai penguasa tiran yang sangat keras. Kepada ketiga ulama lain, Abu Hanifah mengemukakan rencananya,“Aku akan menolak jabatan itu dengan caraku sendiri. Aku minta Mis’ar untuk berpura-pura gila; Sufyan untuk melarikan diri; dan Syuraih-lah yang akan dijadikan Qadi”.

Sufyan al-Tsauri pun kabur ke sebuah pelabuhan dan bersembunyi di bawah kapal yang akan berlayar. Ketiga ulama lainnya berangkat menuju istana khalifah. Sesampainya di tempat itu, al-Mansur berkata kepada Abu Hanifah, “Engkaulah yang harus menjadi hakim agung!” Abu Hanifah menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, aku bukanlah seorang Arab melainkan hanya sahabat orang-orang Arab. Pemimpin-pemimpin Arab tidak akan menerima keputusan hakim agung seperti aku”. Abu Hanifah berkata demikian karena ia berasal dari Persia, sementara al-Mansur adalah keturunan dari Abbas, paman Rasulullah. Dengan mengemukakan alasan itu, ia meminta agar al-Mansur tidak mengangkatnya sebagai Qadi.

Al-Mansur berkata, “Jabatan ini tidak ada hubungannya dengan garis keturunan. Yang dibutuhkan dalam jabatan ini adalah ilmu dan engkau adalah ulama paling terkemuka di zaman ini”. Abu Hanifah tetap mempertahankan alasannya dan berkata bahwa ia tidak cocok untuk jabatan setinggi itu. Al-Mantsur menjawab bahwa keberatan Abu Hanifah itu tak lain hanyalah kebohongan untuk menutupi ketidaksediaannya. Abu Hanifah berkata,“Jika kukatakan bahwa aku tidak cocok untuk jabatan itu dan engkau mengatakan bahwa ucapanku adalah sebuah kebohongan, tentu tidak dibenarkan seorang hakim agung dari kaum Muslimin untuk berbohong. Tidak benar pula mempercayakan kepada seseorang yang kau sebut sebagai pembohong, kehidupan, kekayaan dan kehormatan yang kau miliki”. Abu Hanifah pun berhasil mengelak dari jabatan hakim agung.

Setelah itu, Mis’ar bin Qidam tampil ke muka dan menjabat tangan Khalifah al-Mansur, seraya berkata,“Apa kabarmu dan kabar anak-anak serta hewan ternak piaraanmu?” Ulama itu mengatakan hal ini kepada sang penguasa tanpa sopan santun sama sekali. Ia menampakkan bahwa perbuatannya itu dilakukan di luar kesadarannya. “Keluarkan orang ini!” teriak al-Mansur, “ia sudah gila!”.

Tinggallah seorang ulama lagi. Syuraih pun diberitahu bahwa ialah yang harus mengisi kekosongan jabatan Qadi. Seperti dua orang temannya yang lain, ia pun mengajukan keberatannya sendiri,“Aku ini mudah sedih dan senang melucu. Orang yang penyedih dan suka bercanda tidak layak menjadi hakim agung”. Khalifah al-Mansur meminta ia untuk meminum obat agar pikirannya pulih kembali. Akhirnya, Syuraih diangkat menjadi Qadi. Sejak Syuraih menjadi Qadi, Abu Hanifah tak pernah lagi berbicara kepadanya sepatah kata pun dan tak pernah berkunjung ke rumahnya sekali pun.

Dari kisah ini, tersimpuh pelajaran yang amat berharga, yakni bagaimana para ulama besar berusaha untuk menolak jabatan tinggi di dalam pemerintahan. Demi menjauhi kekuasaan, mereka melakukan segala cara. Sufyan al-Tsauri, seorang fakih besar yang pada zamannya dianggap pendiri mazhab al-Tsauri, memilih untuk melarikan diri meninggalkan keluarga dan tanah airnya untuk menghindari jabatan. Ia baru kembali setelah Syuraih diangkat menjadi Qadi. Abu Hanifah berusaha dengan keras menolak perintah khalifah dan Mis’ar bin Qidam berpura-pura sakit ingatan untuk mengelak permintaan al-Mantsur.

Al-Hujwiri menutup cerita itu dengan menulis,“Kisah ini tidak saja menunjukkan kebijaksanaan Abu Hanifah, tetapi juga keteguhannya di dalam kebenaran dan tekadnya untuk tidak membiarkan dirinya dibuai dalam keinginan untuk mencari kemegahan dan popularitas. Lebih jauh, hal ini merupakan pembenaran bagi malamatiyyah. Malamatiyyah adalah satu konsep di dalam tasawuf di mana seorang sufi berusaha untuk menunjukkan kejelekkan dirinya sehingga orang tidak menilainya berlebih-lebihan. “Kelakuan Abu Hanifah amat berbeda dengan perbuatan para ulama sekarang. Mereka menjadikan istana para sultan sebagai kiblat mereka dan rumah para penjahat sebagai puri mereka.”

Kalimat-kalimat ini sangat menarik, karena ditulis al-Hujwiri pada abad kelima Hijriyah, seribu tahun yang lalu. Namun, ketika membaca ucapan al-Hujwiri, seakan-akan al-Hujwiri berkisah tentang keadaan saat ini. Hari ini, ada banyak tayangan para ulama yang berkiblat kepada istana para penguasa negeri ini. Dan ulama seperti Abu Hanifah, demi mempertahankan integritas dan kepribadiannya, mampu menolak jabatan, setinggi apa pun kekuasaan itu. Sebuah kerinduan akan ulama yang memilih kesucian hati ketimbang keindahan rumah mereka.

Kamis, 17 Desember 2009

'ALHAMDULILLAHI ROBBIL AALAMIIN',

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan. Disini,semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua.Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya".

Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun.

"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan. Dia tampak malu.

"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.

"Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. " Setelah manusia menerima rahmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan?", tanyaku.

"Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata,'ALHAMDULILLAHI RABBILAALAMIIN, Terima kasih, Tuhan' ".

"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri",tanyaku.

Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.

"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia. "Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputermu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.Juga....

"Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat
bertahan hidup hingga hari ini.

"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat ....Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang didunia".

"Jika engkau dapat menghadiri Masjid atau pertemuan religius tanpa ada ketakutan akan penyerangan, penangkapan, penyiksaan,atau kematian....maka engkau lebih dirahmati daripada 3 milyar orang didunia.

"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan...maka engkau termasuk orang yang sangat jarang." Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.

"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima rahmat ganda,yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa,engkau lebih dirahmati daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".

Nikmatilah hari-harimu, Syukurilah rahmat yang telah Allah anugerahkan kepadamu. Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua teman-teman-mu untuk mengingatkan mereka betapa dirahmatinya kita semua.

"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu' ".
(QS:Ibrahim (14) :7 )


Ditujukan pada : Semua Anggota SKI 09
"Terima kasih, Allah! Terima kasih, Allah, atas anugerahmu berupa kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi".

Senin, 16 November 2009

Cerita Ringan Ulil Abshar Abdalla: Puasa Hari Pertama di Boston

PUASA di Boston tahun ini membawa sebuah kejutan yang tak pernah saya duga dan sekaligus sangat mengharukan. Beberapa hari sebelum puasa mulai pada Senin lalu 1/9, saya mengirim undangan buka puasa hari pertama untuk merayakan dimulainya bulan Ramadan. Undangan itu saya kirim ke teman-teman dekat saya yang tinggal di apartemen yang sama.

Saya adalah satu-satunya keluarga Indonesia, dan sekaligus satu-satunya keluarga Muslim di apartemen itu. Selebihnya adalah keluarga Kristen dengan pelbagai denominasinya. Sebagian besar yang tinggal di sana adalah keluarga Amerika, tetapi ada juga satu keluarga Korea dan seorang profesor bujangan asal Zimbabwe.

Suasana kekeluargaan di gedung apartemen saya itu sangat kuat sekali. Secara informal, saya kerap “ngobrol” dengan mereka mengenai isu-isu agama. Karena tahu saya seorang Muslim, mereka tertarik belajar pelbagai aspek tentang ajaran Islam dari saya.

Kurt Walker, seorang Amerika kulit putih yang tinggal persis di samping apartemen saya, tertarik untuk belajar banyak hal mengenai Islam. Dia adalah mahasiswa teologi dan calon pendeta. Beberapa waktu lalu, dia diminta untuk memberikan ceramah dalam sebuah pertemuan tahunan para pendeta di Vermont. Dia diminta untuk berbicara mengenai konsep keadilan dalam Kristen dan Islam. Selama mempersiapkan ceramah itu, dia banyak sekali diskusi dan “ngobrol” dengan saya.

Minat Kurt yang besar pada Islam bermula dari obrolan santai dengan saya. Semester musim semi tahun ini dia mengambil sebuah mata kuliah tentang Islam yang diampu oleh Dr. Fareed Essack, seorang sarjana Muslim yang cukup terkenal dari Afrika Selatan.

Minat Kurt terhadap Islam bukan dilandasi oleh “motif apologetis”, yakni mempelajari agama lain untuk mencari kelemahan-kelemahan di sana dan pada gilirannya melakukan “serangan mematikan” atas agama itu seperti selama ini dilakukan oleh kaum apologetis baik di pihak Kristen atau Islam. Dia seorang Kristen yang sangat saleh, tetapi dia dengan sungguh-sungguh ingin belajar mengenai tradisi agama lain dengan simpati yang jujur.

Pada Kurt, saya menemukan teman dialog yang sangat menyenangkan. Saya belajar banyak hal tentang Kristen, terutama mengenai tradisi kaum Kristen puritan di kawasan negara bagian Massachusetts. Saat ngobrol dengan Kurt, kadang-kadang teman-teman lain yang tinggal di gedung yang sama ikut bergabung.

Saya kirimkan undangan buka puasa hari pertama itu kepada empat teman satu apartemen yang saya anggap paling dekat dengan saya.

Ienas Tsuroiya, isteri saya, dengan penuh semangat menyiapkan masakan untuk buka hari itu. Dia menyiapkan nasi uduk, ayam goreng, kerupuk bawang, sambal terasi, puding, dan sandwich. Makanan yang terakhir ini terpaksi disiapkan oleh isteri saya sebagai semacam “exit plan” kalau-kalau teman-teman bule itu tak menyukai nasi uduk.

HARI pertama bulan puasa kali ini mengejutkan karena beberapa jam menjelang “bedug buka” (tentu di Boston tak ada bedug; tetapi bedug selalu hadir secara “mental” dalam benak saya), Kurt memberi tahu saya bahwa dia ikut puasa hari itu. Ha?!

Saya sungguh terperanjat, sebab saya tak pernah berharap dia bertindak hingga “sejauh” itu. Dia bilang, dia ingin menunjukkan solidaritas pada saya sebagai satu-satunya orang Muslim di gedung apartemen itu. Dia juga ingin merasakan bagaimana “penderitaan” seorang yang sedang berpuasa. “I want to know how it feels like to be a Muslim,” kata dia.

Ada anekdot kecil yang diceritakan oleh Kurt selama dia puasa pada hari itu. Dia mengatakan dengan terus terang kepada keluarganya bahwa hari itu dia ingin menghormati seorang tetangganya yang Muslim (yakni keluarga saya) dan ikut puasa. Dia juga memberi tahu kedua anak kembarnya yang masih berumur 6 tahun tentang apa itu puasa dan apa maknanya bagi seorang Muslim.

Yang lucu, beberapa kali kedua anaknya itu menggoda dia dengan memamerkan makanan-makanan kesukaannya selama dia berpuasa hari itu. Saya tertawa mendengar anekdot itu.

Tahun ini, bulan puasa jatuh di ujung musim panas, sehingga waktu siang lebih panjang ketimbang malam. Waktu Imsak masuk pukul 4:37 am dan Subuh 4:47 am. Sementara itu matahari terbenam pada pukul 7:22 pm. Dengan demikian, total waktu puasa selama satu hari hampir 16 jam, jauh lebih panjang dari waktu puasa di Indonesia.

Dua tahun mendatang, sudah pasti bulan puasa akan jatuh persis di tengah-tengah musim panas, sekitar bulan Juni-Juli. Sebagaimana kita tahu, waktu siang pada musim panas jauh lebih panjang. Pada puncak musim panas, waktu Subuh masuk kira-kira pukul 3:30 am, dan Maghrib nyaris mendekati pukul 8:30 pm. Bisa dibayangkan betapa beratnya melaksanakan ibadah puasa pada musim panas di negeri-negeri empat musim seperti Amerika.

Teman-teman Amerika terheran-heran bagaimana kami bisa menahan makan dan minum sepanjang itu. Saya bilang pada mereka, dengan latihan sejak kecil, puasa menjadi sama sekali tak berat. Setelah menjajal sendiri puasa selama satu hari, Kurt, teman saya itu, menjadi tahu betapa ritual puasa tak mudah dilaksanakan oleh umat Islam, apalagi di tengah-tengah masyarakat yang sebagian besar bukan Muslim seperti Amerika.

KEKHAWATIRAN isteri saya bahwa jangan-jangan orang bule tak menyukai nasi uduk meleset sama sekali. Seluruh masakan yang dihidangkan oleh Ienas, isteri saya, ludes sama sekali. Saat menyantap nasi uduk, anak perempuan Kurt berkata, “Dad, the rice is yummy, I like it.” Tentu isteri saya senang bukan main karena masakannya mendapatkan sambutan positif dari lidah orang bule.

Malam itu, isteri saya menyediakan piring yang khas dan sudah tentu jarang dilihat oleh orang Amerika. Yaitu piring rotan dengan alas daun pisang yang dipotong begitu rupa sehingga berbentuk bundar. Sekedar catatan: daun pisang tidak mudah didapat di kota Boston. Di kampung dulu, ibu saya tinggal mengambilnya dari kebun di belakang rumah. Tetapi di Boston, daun pisang adalah benda berharga.

Makan nasi uduk, ayam bakar, sambal terasi dan kerupuk dengan piring rotan beralaskan daun pisang — tentu ini pengalaman eksotik bagi orang “bule”. Malam itu kami menyantap makanan sambil duduk melingkar di sekitar api unggun kecil yang disiapkan oleh isteri Kurt. Karena hari cerah, saya sengaja mengadakan buka puasa di ruang terbuka di hamalam rumput yang ada di depan apartemen.

Seraya menyantap makanan kami berdiskusi tentang apa saja, termasuk tentang “filosofi puasa” sebagaimana dipahami oleh umat Islam. Sekitar pukul 10 malam, kami bubaran dan masuk ke apartemen masing-masing.

Saya menonton pertandingan tennis Piala US Open sebentar, lalu membaca “The Prophet and the Messiah: An Arab Christian’s Perpsective on Islam and Christianity” karangan Chawkat Moucarry. Tak berapa lama, saya jatuh tertidur karena kelelahan.

Saya bangun kembali beberapa jam menjelang waktu sahur untuk melaksanakan salat tarawih. Saya memang orang NU, tetapi selama ini saya selalu salat tarawih versi Muhammadiyah, yaitu sebelas raka’at, bukan dua puluh tiga.

Hari itu sangat mengesankan buat saya, terutama karena simpati teman saya yang beragama Kristen itu. Pelajaran yang saya petik dari sana: membangun jalan dialog dengan agama lain sangat mungkin asal kita mau membuka diri dan tidak mengembangkan mentalitas “serba curiga” pada agama lain itu.

Jumat, 26 Juni 2009

...sujudQ

إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً


“…sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Qs. An-Nisa’: 103)


Ya Alloh…

hari itu aku berdosa

hari ini aku tobat

dan esok aku lupa akan akad ku…

aku tertawa bersama-Mu

saat aku bersujud

aku terbang ke dalam diri-Mu

aku memanja pada-Mu

entah apa yang membawaku kepada-Mu

tapi aku yakin bahwa aku telah berada pada-Mu

Tuhan…

tahukah Engkau bahwa ketika aku menangis

ternyata aku temukan kebahagiaan yang sebenarnya berikan

lewat tangisku..

Ya Alloh…

Rabu, 21 Januari 2009

JU-JITSU AKADEMI TELKOM



Awal beridirinya sekitar bulan awal di tahun 2009,
Pelopor berdirinya Ju-jitsu I Kyu Shin Ryu di Purwokerto tepatnya dikampus Akademi Teknik Telkom (Akatel),
Asep Suherman (DAN I), Sumar Saputra (Dan II), Muhammad Ubaidillah (Mahasiswa Angkatan 2009 asal dari daerah tegal), Imam Sibro Muhlisi (Mahasiswa Angkatan 2009 asal dari daerah Bumiayu).
berawal dari sebuah perkumpulan orang-orang beladiri yang betemu, berkumpul dan berbagi cerita tentang seni beladiri.
Asep Suherman sebut saja Mas Herman salah satu anggota dari Jujitsu yang dulu berguru lama di Kediri Jawa Timur sekaligus penduduk dan keamanan daerah lingkungan kampus, Muhammad Ubaidillah biasa dikenal dengan panggilan Ubai Alumni SMK Telkom Jatim yang kebetulan juga dulu pernah lama mengikuti latihan
Pencak Silat didaerah lingkungan pondok pesantren Darul'Ulum Rejoso Jombang, Imam Sibro Muhlisi asal kelahiran Bumiayu yang lebih akrab dikenal dengan Imam atau Sibro adalah pemain basket dan mempunyai pengalaman di Capoira Brasiliannya.










JU-JITSU TEKNIK 




JU-JITSU TOURNAMENT











Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/05/kursor-diikuti-jam-dan-tanggal-v2.html#ixzz1eUnkIGUV