Jumat, 17 September 2010

Sebuah Harapan Untukku...

Saat ini aku sedang berusaha mengumpulkan kembali serpihan-serpihan diri ini yang telah lama berserakan, berusaha membangun kembali rasa percaya diri yang telah lama runtuh oleh badai kemaksiatan yang selama ini aku perbuat, diriku kini mencoba untuk merajut kembali benang-benang kehidupan yang sudah lama merapuh agar dapat terlihat indah dan membuat diriku menjadi berarti kembali dalam menjalani kehidupan ini…Yaa Robb diri ini sangatlah lemah maka berikanlah kepadaku kekuatan, diri ini sangatlah hina maka berikanlah kepadaku kemuliaan dari-Mu, diri ini sangatlah fakir maka berikanlah kepadaku kekayaan Oleh-Mu, diri ini sangatlah bodoh maka ajarkanlah kepadaku ilmu-ilmu yang tiada batasnya agar hamba dapat mengenal-Mu lebih dekat Wahai Dzat yang maha Agung. “Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah” Tiada daya dan upaya bagi kami kecuali dengan pertolongan Alloh…”Ilaahi Anta Maqsudii Waridhooka Mathlubii” Wahai Tuhanku engkaulah tujuan kami dan hanya Ridlo-Mu lah yang kami harapkan. Amiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.

Kamis, 09 September 2010

Seperti Rasul-Mu, Jadikanlah Rendah Hatiku

Setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus dan pohon cemara, tumbuh tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua cabangnya mengarah ke atas. Sedangkan semua pohonnya yang berbuah menundukkan
kepala mereka, dan cabang-cabang mereka mengembang ke samping.

Rasulullah adalah orang yang paling rendah hati, meskipun dia memiliki segala kebajikan dan keutamaan orang-orang dahulu kala dan orang-orang sekarang, dia seperti sebuah pohon yang berbuah. Menurut sebuah riwayat, beliau bersabda: “Aku diperintahkan untuk menunjukkan perhatian kepada semua manusia, untuk bersikap baik hati kepada mereka. Tidak ada Nabi yang sedemikian diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh manusia selain aku.
Kita tahu bahwa beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak. Beliau di hina, dan di siksa dengan keji. Namun beliau tetap saja berdoa, “Wahai Allah, Tuhan kami, bimbinglah umatku ke jalan yang lurus, sebab mereka tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang-orang yang pernah menyiksanya: “Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadapmu?
Mereka menangis dan berkata: “Engkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia.Nabi SAW bersabda:“Pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan. Semoga Allah mengampuni kalian(HR. Thabari, Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Syafi).

Abu Sufyan bin Harits, sepupu beliau, lari dengan membawa semua anak-anaknya karena pernah menyakiti Rasul SAW, maka Ali bin Abi Thalib ra bertanya kepadanya: “Hai Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah kamu?Ia menjawab: “Aku akan keluar ke padang sahara. Biarlah aku dan anak-anakku mati karena lapar, haus, dan tidak berpakaian.� Ali Bertanya: “Mengapa kamu lakukan itu?� Ia menjawab: “Jika Muhammad menangkapku, niscaya dia akan mencincangku dengan pedang menjadi potongan-potongan kecil.Ali berkata: “Kembalilah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya dengan mengakui kenabiannya dan katakanlah kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf kepada Yusuf: ".Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).(Yusuf: 91).

Abu Sufyan pun kembali kepada Nabi SAW dan berdiri di dekat kepalanya, lalu mengucapkan salam kepada beliau seraya berkata: “Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan engkau atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).(Yusuf: 91).

Rasulullah SAW pun menengadahkan pandangannya, sedang air matanya membasahi pipinya yang indah hingga membasahi jenggotnya.

Rasulullah menjawab dengan menyitir firman-Nya: Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.(Yusuf: 92).

Wahai sahabatku¦
Di dalam diri Rasulullah terdapat tanda-tanda kebesaran Allah. Aisyah ra mengatakan bahwa Rasulullah ibarat Al Quran yang berjalan. Setiap kata-kata yang keluar begitu menawan hati, melembutkan perasaan dan mengobarkan semangat juang. Segala tingkah lakunya mencerminkan kebaikan; pemaaf, santun, lemah lembut, banyak diam, banyak berpikir dan merenung, halus dalam bertutur kata, dan tegas dalam memegang prinsip kebenaran. “Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Al Qalam: 4).

Ya Allah Ya Tuhanku¦.
Aku tertunduk di atas kursi ini, dengan perasaan penuh tak tentu; memohon, mengharap dengan rasa cemas, rindu yang sebenar-benarnya rindu, cinta yang sebenar-benarnya cinta, petunjuk yang sebenar-benarnya petunjuk. Jadikanlah aku hamba yang lemah lembut dalam bertutur kata, santun dalam berpesan, mengiringi ilmu dengan amal, tidak dengki dengan kebahagiaan manusia, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan kemunafikan.

Wahai Allah Tuhanku¦
Aku dipekaranganMu, ditanahMu, di rumah yang engkau bina dengan nikmatMu.Seperti Rasul-Mu, jadikanlah aku hamba yang rendah hati.
Dikutip dari: http://ade-tea.blogspot.com/2011/05/kursor-diikuti-jam-dan-tanggal-v2.html#ixzz1eUnkIGUV