1..Pengenalan TEMS
TEMS adalah kependekan dari Test
Mobile System yang merupakan perangkat untuk mensetting dan maintaining
jaringan seluler. Perangkat
TEMS ini merupakan keluaran Ericsson untuk drive test.
Pada dasarnya terdiri dari ponsel TEMS mobile phone yang dikendalikan oleh
perangkat lunak pada komputer. Salah satu fitur utama dari TEMS adalah
menggunakan ponsel dengan bagian radio standar dan daya standar, yaitu suatu
ponsel biasa dengan perangkat lunak yang diubah. Maka dari itu TEMS akan
berperilaku sama seperti ponsel standar. Namun memiliki fitur tambahan
sebagai pengumpul informasi tentang level sinyal dan kualitas sinyal dan
banyak lagi yang dipancarkan oleh BTS.
Ada
tiga jenis TEMS yang sesuai dengan tujuan penggunaannya, antara lain :
TEMS
ini digunakan untuk drive test di luar ruangan (outdoor). Mulai versi 4 sudah
dapat digunakan untuk drive test dalam ruangan (indoor). Menggunakan GPS
(Global Positioning System) sebagai alat navigasi dan plotting parameter pada
rute drive test yang dilalui.
Jenis
TEMS Light ini digunakan untuk drive test di dalam ruangan (indoor). TEMS Light
merupakan versi penyederhanaan dari TEMS Investigation dengan menghilangkan
beberapa fitur, yang bertujuan mengurangi beban kerja dan konsumsi baterai
komputer. Hal tersebut dilakukan karena saat itu komputer portable/laptop masih
mempunyai keterbatasan perangkat dan baterai. Data logfile yang dihasilkan TEMS
Light sama lengkapnya dengan yang dihasilkan oleh TEMS Investigation. Plotting
parameter dilakukan secara manual karena GPS tidak dapat menerima sinyal dari
satelit.
TEMS
Automatic ini digunakan untuk drive test di luar ruangan (outdoor). TEMS
Investigation dan TEMS Light hanya bisa mengukur sisi downlink saja yaitu dari
arah BTS ke MS. Untuk uplink yaitu dari arah MS ke BTS, TEMS
Investigation dan Light tidak dapat mengukur karena alat pengukurnya hanya
handphone. TEMS
Automatic menggunakan sistem client-server untuk pengukuran uplink dan
downlink. Client-nya menggunakan MTU (Mobile Test Unit) yang
bekerja secara otomatis saat dinyalakan. Hasil pengukuran di MTU dikirim lewat
GPRS ke server. Server akan menerima data dari MTU dan mengolahnya.
Pada Modul ini
akan dijelaskan penggunaan TEMS Investigation untuk drive test di luar
ruangan.
2.Pengenalan Drive Test
Drive test merupakan salah satu bagian pekerjaan dalam optimasi
jaringan radio. Tujuan drive test adalah mengumpulkan informasi jaringan
secara real di lapangan. Informasi yang dikumpulkan merupakan kondisi aktual
Radio Frequency (RF) di suatu Base Transceiver Station (BTS) maupun dalam
lingkup base station sub-system (BSS) yang dilakukan dengan mobil sehingga
pengukuran dilakukan bergerak. Perjalananpun dilengkapi dengan peta digital,
GPS, handset dan software drive test, seperti Agilent, Nemo (Nokia), TEMS
(Ericsson), dan Rohde & Schwarz.
Selain tujuan umum diatas, dalam proses drive test dapat bertujuan khusus untuk optimasi suatu jaringan seperti berikut :
a).Untuk mengetahui Coverage sebenarnya di lapangan,apakah sudah sesuai dengan prediksi Coverage pada saat Planning
b).Untuk mengetahui parameter jaringan di lapangan,apakah sudah sesuai dengan parameter Planning dan Optimasi
c).Untuk mengetahui Performansi jaringan setelah di lakukan perubahan seperti penambahan atau pengurangan TRX
d).Untuk mengetahui adanya Interferensi dari sel-sel tetangga
e).Untuk mencari adanya Poor Coverage atau daerah yang memiliki daya terima signal yang rendah
f).Untuk mencari RF issue yang berkaitan adanya Drop Call atau Block Call
g).Untuk mengetahui Performansi jaringan operator lain atau Benchmarking
Perlengkapan Drive Test
Proses drive test membutuhkan
peralatan-peralatan yang mendukung dalam pengukuran. Dalam modul ini drive test
dilakukan menggunakan software TEMS dan adapun perlengkapan lengkapnya sebagai
berikut:
a. Laptop
a. Laptop
Laptop
digunakan sebagai alat monitoring parameter hasil drive test secara visual.
Laptop yang dilengkapi dengan software TEMS Investigation untuk mengambil dan
mengolah data. Spesifikasi Laptop untuk drive test harus memiliki memori RAM
lebih dari 1GB.
b. Perangkat
Lunak TEMS
Perangkat Lunak TEMS yang digunakan untuk drive test
di luar ruangan adalah software
TEMS Investigation
c. Dongle
HASP4
Dongle HASP4 adalah
gabungan proteksi antara hardware key (dongle) dan software yang biasanya sudah
terintegrasi dengan aplikasi. Software yang terintegrasi dengan TEMS
Investigation secara periodik akan memeriksa apakah hardware key tersebut valid
atau tidak, jika tidak valid software tidak akan berjalan sempurna. Tujuan dari
dongle adalah menggantikan serial number dan hanya komputer yang terpasang
dongle yang bisa menggunakan aplikasi terseb
d.
Handphone TEMS
Ada berbagai jenis Handphone yang support pada Tems investigation diantaranya adalah Sony Ericsson K800i, T610,
dan W995i. Handphone sebagai terminal untuk panggilan, upload
dan download data maupun video call. Dan untuk mengukur kekuatan sinyal yang
diterima oleh pelanggan. Selain itu perlu juga disiapkan sim card dari operator
yang akan diukur.
e. Kabel
Data
Kabel
data untuk menghubungkan antara computer dan handphone. Kabel data yang
digunakan antara lain USB, Serial.
f. Global
Positioning System (GPS)
Sebuah sistem yang dapat
menunjukkan posisi benda di permukaan bumi secara cepat, di semua tempat, pada
semua kondisi dan pada setiap waktu. GPS ini digunakan
untuk tracking rute pengukuran sehingga akan diketahui posisi pengambilan data
sepanjang pengukuran drivetest.
g.
Aksesoris
Perangkat yang mendukung dalam pengukuran
menggunakan TEMS, seperti USB Hub, Inverter, dan Charger
handphone.
Jenis
– Jenis Pengukuran Drive Test
Jenis-jenis
pengukuran drive test dibagi menjadi mode pengukuran dan cara pengambilan data.
Pada
mode pengukuran drive test ada tiga jenis, yaitu :
a. Drive
Test Idle Mode
Pengukuran kualitas sinyal yang
diterima MS dalam keadaan idle (tidak
melakukan call/sms). Biasanya mode ini dilakukan hanya untuk mengetahui signal strength suatu area yang
terindikasi low signal/no service.
b. Drive
Test Dedicated Mode
Pengukuran kualitas sinyal
diikuti dengan pendudukan kanal (long
Call/Short Call ke destination
number tertentu). Untuk mengukur dan mengidentifikasi kualitas voice dan data.
c. Drivetest
QoS Mode
Pengukuran kualitas sinyal
diikuti dengan pendudukan kanal dengan metode call set up dan call end dengan formula time / command squence tertentu.
Sedangkan
untuk cara pengambilan data secara drive test dibagi menjadi empat proses,
antara lain :
a. Single
Site Verification (SSV), merupakan drive test untuk memverifikasi setiap site
bagus atau tidak.
b. Cluster,
merupakan drive test yang mengukur jaringan setiap cluster atau daerah yang
terdiri dari beberapa site namun hanya untuk satu operator jaringan.
c. Benchmark,
merupakan drive test yang membandingkan beberapa operator dalam satu cluster
atau daerah
d. Optimasi,
merupakan bagian analisa gangguan atau kurangnya service quality pada site yang
sudah jadi.
3.Parameter Drive Test
Meningkatnya jumlah pelanggan sebuah operator tidak hanya
berdampak pada peningkatan revenue, namun juga berakibat pada naiknya
jumlah panggilan gagal.
Kegagalan panggilan bisa disebabkan oleh 3 faktor,
pertama komponen dalam ponselnya yang bermasalah, kedua pelanggan memang berada
pada luar coverage BTS sehingga saat handover, ponsel tidak tercover oleh BTS
lain atau
pelanggan berada pada daerah blankspot. Ketiga, jaringan operator yang memang sedang padat.
Faktor pertama tentu bisa diatasi dengan melakukan
penggantian komponen, sementara yang faktor kedua tidak bisa berbuat banyak selain menunggu ponsel
mendapatkan sinyal kembali, solusinya mungkin bisa dilakukan dengan penggantian
simcard operator lain. Pada faktor harus dikembalikan ke operator yang bersangkutan, apakah
jaringan yang mereka pasang sudah baik, sehingga bisa mengcover seluruh
kawasan. Panggilan gagal seringkali terjadi di daerah perkotaan (kepadatan traffic)
dan pegunungan (overlap). Oleh karena itu dilakukan drive test sebagai bagian dari
optimasi jaringan untuk mengetahui parameter-parameter
yang terukur agar dapat dievaluasi sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk
menjamin kualitas layanan yang lebih baik lagi.
Drive Test 2G (GSM)
Parameter
untuk drive test GSM ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu parameter untuk
verifikasi data BTS dan parameter untuk verifikasi kualitas jaringan. Paramater
untuk verifikasi data BTS, antara lain :
a. Broadcast
Control Channel (BCCH),merupakan frekuensi carrier yang digunakan pada saat downlink untuk mentransmisikan informasi system. Frekuensi carrier yang
digunakan oleh BTS 2G yaitu GSM900: 890-915 MHz dan DCS1800: 1805-1880 MHz
b. Absolute
Radio Frequency Channel (ARFC), merupakan konversi dari BCCH yang bernilai MHz
diubah menjadi nomor-nomor kanal.
c. Cell
Global Identity (CGI),merupakan sebuah identititas (ID) yang unik dari
cell-cell dalam suatu jaringan seluler untuk mengenali posisi
user berdasarkan cell. Format penamaan CGI, yang terdiri dari :
· MCC (Mobile Country Code) adalah
identifikasi suatu negara dengan menggunakan 3 digit. Untuk Indonesia, digit
MCC-nya adalah 510.
· MNC (Mobile Network Code) : adalah 2
digit identifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah mobile
network atau PLMN. Kombinasi antara MCC dan MNC akan selalu menghasilkan sebuah
code yang unik di seluruh dunia.
· LAC (Location Area Code) : adalah
identifikasi yang digunakan untuk menunujukan kumpulan beberapa
cell. Dalam sebuah PLMN yang sama, tidak boleh digunakan 1 LAC yang sama untuk 2 group cell yang berbeda.Sebuah LAC dapat digunakan dalam 2 (atau lebih) BSC yang berbeda, asalkan masih dalam 1 MSC yang sama. Informasi lokasi LAC terakhir dimana sebuah MS berada akan disimpan di VLR dan akan
diupdate apabila MS tersebut bergerak dan memasuki area dengan LAC yang berbeda.
cell. Dalam sebuah PLMN yang sama, tidak boleh digunakan 1 LAC yang sama untuk 2 group cell yang berbeda.Sebuah LAC dapat digunakan dalam 2 (atau lebih) BSC yang berbeda, asalkan masih dalam 1 MSC yang sama. Informasi lokasi LAC terakhir dimana sebuah MS berada akan disimpan di VLR dan akan
diupdate apabila MS tersebut bergerak dan memasuki area dengan LAC yang berbeda.
· CI (Cell Identity) : adalah identifikasi
sebuah cell dalam jaringan seluler. Dalam sebuah PLMN, CI yang sama dapat
digunakan untuk 2 (atau lebih) cell yang berbeda, asalkan dalam LAC yang
berbeda.
d. Base
Station Identity Code (BSIC), membedakan BTS-BTS berdekatan yang mempunyai BCCH
dan ARFC yang sama.
Sedangkan
untuk kulitas jaringan GSM, memiliki parameter diantaranya sebagai berikut :
a) RxLev
(Reception Level)
level
daya yang diterima oleh MS (Mobile Station) dalam satuan –dBm dimana semakil
kecil nilai –dBm-nya maka semakin lemah level daya yang terima.
b) RxQual
(Reception Quality)
Tingkat kualitas
sinyal yang diterima MS dengan rentang nilai 0 sampai 7 dimana semakin besar
nilai RxQual maka semakin buruk kualitas sinyalnya.
c) Speech
Quality Indicator (SQI)
Tingkat kualitas
suara pada saat menelepon yang memiliki rentang nilai antara -20 sampai dengan
30 dimana semakin besar nilai SQI semakin baik.
d) Call Setup
Success Ratio (CSSR)
Standarisasi
prosentase tingkat keberhasilan panggilan oleh ketersediaan kanal suara yang
sudah dialokasikan untuk mengetahui kesuksesan panggilan tersebut, maka
ditandai dengan tone saat terkoneksi
dengan ponsel lawan bicara. Standard CSSR ditentukan dalam Peraturan Menteri Kominfo Nomor :
12/Per/M.Kominfo/04/ 2008 bahwa prosentase CSSR harus ≥ 90% .
e) Call
Completion Success Ratio (CCSR)
Prosentase tingkat
keberhasilan hubungan sampai berakhir tanpa terjadi drop call. biasanya dari
operator ditentukan nilai standarnya agar mencapai > 98%.
f) Drop
Call Ratio (DCR)
Dropped Call Ratio adalah prosentase banyaknya panggilan yang
jatuh atau putus setelah kanal pembicaraan digunakan. Dropped call dapat
disebabkan beberapa hal, antara lain:
·
Rugi-rugi frekuensi radio
·
Co-Channel interferensi dan Adjacent
interferensi
·
Kegagalan proses handover
Standard DCR
ditentukan dalam Peraturan Menteri
Kominfo Nomor : 12/ Per/M.Kominfo/04/ 2008 bahwa prosentase DCR harus ≤ 5%.
g) Blocked
Call Ratio (BCR)
Prosentase kepadatan
panggilan yang disebabkan karena keterbatasan kanal
h) Call
Setup Time (CST)
Waktu yang
diperlukan untuk melakukan panggilan dalam satuan detik (s).
Drive Test 3G (WCDMA/UMTS)
Sama
halnya pada GSM, parameter untuk drive test 3G juga dikelompokkan menjadi dua
yaitu parameter untuk verifikasi data BTS dan parameter untuk verifikasi
kualitas jaringan. Paramater untuk verifikasi data BTS, antara lain :
a. Cell ID,merupakan nomor unik yang digunakan untuk mengidentifikasi setiap BTS atau sektor dari BTS
dalam kode area Lokasi
(LAC). Pada umumnya digit terakhir dari Cell
ID merupakan Sektor ID sel. Nilai 0 digunakan untuk antena Omnidirectional. Nilai 1,2,3 digunakan untuk mengidentifikasi sektor
antena trisector atau
bisektris. Misalnya sektor 1 BTS
maka digit terakhir cell id-nya 1, dan seterusnya.
b. Universal Absolute Radio
Frequency Channel Number (UARFCN),merupakan nomor kanal yang mewakili carrier
UMTS sebesar 5 MHz. Nomor kanal UARFCN dihitung sesuai
dengan frekuensi yang digunakan dikalikan 5.
Misalnya jika frekuensi
2132,8 MHz maka UARFCN = 2132,8 MHz * 5 = 10.664.
c. Scrambling Code (SC),merupakan
kode yang membedakan antar sektor BTS atau sel digunakan untuk membedakan user
yang satu dengan yang lainnya.
Sedangkan
parameter kualitas jaringan pada WCDMA, antara lain :
a. RSCP
(Receive Signal Code Power)
Tingkat kekuatan
sinyal di jaringan 3G yang diterima ponsel sama halnya dengan RxLev pada GSM
dengan satuan -dBm.
b. Ec/No
(Energy Carrier per Noise)
Perbandingan
(ratio) antara kekuatan sinyal (signal strength) dengan kekuatan derau (noise
level) atau SNR (Signal/Noise Ratio) yang dipakai untuk menunjukkan kualitas
jalur (medium) koneksi. .Fungsinya sama dengan RxQual di jaringan 2G.
c.
CSSR (Call Setup Success Ratio)
d.
CCSR (Call Completion Success Ratio)
e.
DCR (Drop Call Ratio)
f.
BCR (Blocked Call Ratio)
Untuk CSSR, CCSR, DCR, BCR dalam
parameter kualitas jaringan 3G sama dengan parameter kualitas jaringan 2G/GSM.
4.Handover
Handover
adalah suatu cara dimana memungkinkan user pindah
pelayanan dari suatu sektor ke sektor lain baik dalam
satu BTS maupun antar BTS tanpa adanya pemutusan hubungan dan terjadi
pemindahan frekuensi/kanal secara otomatis yang dilakukan oleh sistem.
Tujuan dari handover adalah untuk menjaga kualitas
panggilan, menjaga hubungan antara MS dan BTS dalam proses perpindahan layanan,
melakukan pergantian kanal jika terjadi gangguan interferensi yang besar, dan
untuk memperjelas batas antar daerah pelayanan MS.
Proses
handover dipengaruhi oleh faktor level daya sinyal terima,
kualitas sinyal terima, power budenganet sel tetangga dan jarak antara MS dan BTS
(Timing Advanced) yang masing-masing mempunyai nilai ambang batas sehingga
ketika nilai ambang batas tersebut sudah dilewati handover harus dilakukan
untuk menjaga suatu panggilan agar tidak terputus.
Proses handover tidak selalu berjalan lancar, walaupun
nilai ambang batas sudah dilewati namun tetap tidak mau melakukan handover. Hal
tersebut dikarenakan beberapa faktor sehingga menyebabkan kegagalan handover
(failure). Kegagalan handover belum tentu menyebabkan suatu panggilan terputus,
bisa juga mengakibatkan kualitas suara yang diterima menjadi jelek. Panggilan
terputus
atau drop call merupakan akibat
yang paling buruk jika handover tidak dapat dilakukan
sehingga akan mengurangi kualitas jaringannya.
Pengambilan keputusan
dari handover ditentukan oleh jenis handover-nya.
Pada
teknologi 2G/GSM dan 3G/UMTS memiliki perbedaan dalam jenis handover yang
digunakan yaitu :
a)
Hard Handover
Hard
handoff adalah suatu metode dimana kanal pada sel sumber dilepaskan dan setelah
itu baru menyambung dengan sel tujuan. Sehingga koneksi dengan sel sumber
terputus sebelum menyambung dengan sel target – untuk alasan tersebut hard
handoff juga dikenal dengan sebutan “break-before-make”. Hard handoff dimaksudkan
untuk meminimalkan gangguan panggilan secara instan. Suatu hard handoff
dilakukan oleh jaringan selama panggilan berlangsung. Jenis ini digunakan dalam
teknologi 2G/GSM.
b)
Soft Handover
Soft
handoff adalah suatu metode dimana kanal pada sel sumber tetap tersambung
dengan user sementara secara paralel juga menghubungi kanal pada sel target.
Pada kasus ini, sambungan ke target harus berhasil dahulu sebelum memutus
sambungan dengan sel sumber, karena itulah soft handoff juga disebut
“make-before-break”. Interval selama terjadinya dua sambungan dilakukan secara
paralel bisa saja singkat maupun substansial (tergantung kondisi yang
memungkinkan). Karena alasan inilah soft handoff dapat dilakukan dengan koneksi
lebih dari satu sel, misalnya koneksi dengan tiga sel, empat atau lebih, semua
dapat dilakukan oleh telepon dalam satu waktu. Ketika panggilan dalam keadaan
soft handoff, sinyal yang terbaik dari semua penggunaan kanal dapat
dimanfaatkan untuk panggilan pada saat itu atau semua sinyal dikombinasikan
agar dapat menghasilkan duplikat sinyal yang lebih baik. Kemudian yang lebih
menguntungkan adalah, ketika kedua performa dikombinasikan pada downlink
(forward link) dan uplink (reverse link) maka handoff tersebut menjadi lebih
halus (softer). Softer handoff dapat dilakukan apabila sel yang mengalami
handoff berada dalam satu situs sel. Jenis Handover ini digunakan dalam
teknologi 3G/UMTS.
Photo-photo kenangan Training DT Junior in Jakarta
Sumber : http://www.ccsitraining.com/2014/06/fgbp-2.html &
Tidak ada komentar:
Posting Komentar